Pengikut

Kamis, 27 Agustus 2009

Negeri di Utara: Sajak

Negeri di Utara: Sajak

Sajak

Senandung Anak Rantau
(kepada tanah kelahiran)

siau yang jauh….
kau ku rindu dalam laguku
senandung rindu kampung halaman tahanusangkara
barisan gunung dan bukit adalah barisan kesatuan
antara utara timur barat dan selatan

siau yang jauh….
kau kucinta dalam darahku
di dadaku kau tanamkan kata
somahe kaikehage pantuhu pakasalentiho,
di pantaimu nyiur melambai menyapa tantangan
dikedalaman biru
di punggung-punggung bukit semerbak aroma bunga pala
dan cengkih
jadikan simbol pulau ringgit yang kaya raya

siau yang jauh….
selalu kulantunkan kepada sang pencipta sebaris kaliomaneng
agar kau tetap negeri religius penuh syukur pada genghona,
di tanahmu menara-menara gereja
dengan agungnya tegak berdiri
warisan injil suci pengembara-pengembara negeri barat

2005

Minggu, 23 Agustus 2009

Meditasi

Mari membaca gerak angin di atas ilalang
Bersama kita kosongkan hayal
Lalu biarkan kekosongan masuk
Ia akan bermain, bernyanyi dan menari

Biarkan tangan berpaut
Menyentuh dinding dalam mata yang terkatup
Padanya muncul benih-benih kemurnian
Dari rahim bumi bunga-bunga

Kecaplah rasa manis dari ketiadaan dengan tenang
Dan ia akan selamanya berdiam di mulut
Menjadi penuntun ketika derita
Rasuki sekeliling

Tancapkan di dada tongkat kenestapaan
Karena kan menjadi tiang peringatan
Di saat suka meluap dalam ruang hati
Melupakan apa yang terjadi kemarin

Letakkan di antara kedua belah mata
Kemilau kilat dan deru guntur
Yang mendiami langit tanah negeri utara
Dan asal kelahiranmu kan didapat

Tengadahkan jiwa dan raga ke angkasa
Resapi kidung-kidung kemuliaan
Tentang kekuatan, kehidupan dan keabadian
Lalu aminkan kuasa agung maha dashyat
Yang hadirkan ada dari tiada

Dari Sepi Yang Itu

Sepi kali ini membawa mataku tertanam
Pada lembayung yang hinggap di atas laut
Ketenangan pun menjadi gelombang yang mendidih
Bebatuan pecah memancar ke dalam dada
Bahkan pasir pun berhamburan keluar dari pori
Aku terdampar di tepi asing

Tak ada siapa-siapa
Kecuali kesia-siaan yang terhempas pada ceruk dan karang
Tak ada yang menyapa ataupun mendesirkan sedikit pesan
tentang irama kebeningan embun
Atau membacakan sajak tentang kekuatan angin
Yang mampu menghentikan darahku berkelana panas
Di alam yang terbunuh sepi tanpa batas

Sepi kali ini bagai stasiun tua bawah tanah
Meninggalkan dan menghadirkan kenangan hari kemarin
Setelah bangku dipenuhi debu melumut
Dan dinding retak basah oleh air mata musim lampau
Aku terdampar di dalamnya
Menapaki rel tanpa tujuan

Apakah engkau tahu dan menjadi paham
Makna tetes keringat yang meleleh dijidatku
Dan seberapa kali kilir meremuk kakiku
Pada setiap senja yang hadirkan bayangmu
Dinyanyian burung laut atau deru kereta yang mendesing
Dan aku harus mengejarnya melintasi karang dan bebatuan
Juga di atas rel yang selalu berujung pada semu
sepi menelan wajahmu

2005

Selamat Malam Kata-Kata

Selamat malam kata-kata
Tidurlah bersama lidahku
Temani hingga fajar terbit
Di jiwaku

Rangkaikanlah bagi mimpiku
Sajak kehidupan ilahi yang belum kupahami
Biar esok kata-kata tak sekadar makna
Tapi juga yang tak bercela.

2004

Selasa, 18 Agustus 2009

Jalanan Tepi Barat

sebongkah kata kupungut dari balik bibirmu
maknanya mengalirkan darah pada senja...

ahhh.....
sketsaku rusak di atas pasir hitam
kepada para pengelana yang lewat aku berharap tautan,
entah.

lagi-lagi lagu didendangkan menerobos kesunyian...

siapa dan siapa yang lagi yang kan mampir
walau hanya menggaris senyum tanpa makna...

mungkin malam...
mungkin pagi...
lalu kembali pada malam-malam abadi...

ya............
kita akan kembali bersekutu dengan siapa saja
yang pantas kau maki...